1. Ayat-ayat muhkamat : ayat yang dari sisi kebahasaan memiliki satu makna saja dan tidak memungkinkan untuk ditakwil ke makna lain. Atau ayat yang diketahui dengan jelas makna dan maksudnya. Seperti firman Allah
Ayat-ayat mutasyabihat : ayat yang belum jelas maknanya. Atau yang memiliki banyak kemungkinan makna dan pemahaman sehingga perlu direnungkan agar diperoleh pemaknaan yang tepat yang sesuai dengan ayat-ayat muhkamat.
2. Sebab-sebab Tasyabuh di dalam al-Qur'an. Karena tersembunyinya apa yang dimaksud oleh syar'I (Allah SWT) dalam kalimat ayat tersebut.
a. Terkadang ia ada dalam lafal atau kata
"Lalu dihadapinya berhala itu sambil memukulnya dengan tangan kanannya" (surat Shaffat: 93).
Kata alyamiin mengandung 3 pengertian, yaitu:
1. Menggunakan tangan kanan, tidak tangan kiri
2. Memukul dengan keras, karena yang kanan adalah yang terkuat dari kedua anggota badan
3. Berarti sumpah
b. Terkadang ia kembali ke pengertian atau makna, seperti apa yang dikhususkan Allah dengan-Nya terhadap diri-Nya karena ilmu-Nya. Contoh: terpuruk hari kiamat, tanda-tanda kiamat besar. Atau Assa'ah, surga dan neraka antara lain: (QS. Al-Qiyamah: 6-13).
3. Sikap Ulama tentang Ayat muhkamat dan mutasyabihat
Para ulama memungkinkan paham tentang kemuhkaman Al-Qur'an dan kemutasyabihatannya.
Ada tiga pendapat para ulama tentang masalah tersebut, sebagi berikut:
1. Pendapat pertama berpendirian, bahwa semua Al-Qur'an itu muhkam, berdasarkan ayat 1 surat
Hud: "كتب أحكمت آيته" ( suatu Kitab yang ayat-ayatnya tersusun rapi).
2. Pendapat kedua mengatakan, bahwa Al-Qur'an itu seluruhnya mutasyabihat, dalam arti yang saling bersesuaian yang sebagian dengan bagian yang lain. Hal ini berdasarkan ayat 23 surah Az-Zumar:
Artinya : "Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang ulang. Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya. "
3. Pendapat ketiga mengatakan, bahwa Al-Qur'an itu terdiri dari dua bagian, yakni muhkam dan Mutasyabih. Pendapat ini berdasarkan ayat 7 surat Ali Imran.
Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat darinya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan orang-orang yang berakal.
Oleh karena itu terbagi 2 madzhab, yaitu:
a. Ulama Salaf
Para ulama yang mengimani ayat - ayat mutasyabbihat dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah. Mereka mensucikan Allah dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil bagi Allah dan mengimaninya sebagaimana yang dijelaskan al-Quran. Diantara para ulama ini adalah Imam Malik yang termasuk ulama mutaqaddimin.
b. Ulama Khalaf
Para ulama yang berpendapat perlunya menakwilkan ayat-ayat mutasyabih yang menyangkut sifat Allah sehingga melahirkan arti yang sesuai dengan keluhuran Allah. Mereka umumnya berasal dari kalangan ulama muta'akhirin. S alah satu ulama yang termasuk menganut mahzab khalaf adalah Imam Ibn Burhan dan Imam Al-Nawawi. Mereka berkata: " setiap sifat yang makna hakikatnya mustahil bagi Allah ditakwilkan dengan kelaziman. " Misalnya mereka mengartikan "wajah" dengan "zat", "mata" dengan "pengawasan", tanggan dengan kekuasaan ", dll.
4. Contoh Ayat-ayat Muhkamat :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىءٌ سورة الشورى: ۱۱
Maknanya: “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya)”. (Q.S. asy-Syura: 11)
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ سورة الإخلاص :4
Maknanya: “Dia (Allah) tidak ada satupun yang menyekutui-Nya”. (Q.S. al Ikhlash : 4)
هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا سورة مريم :65
Maknanya: “Allah tidak ada serupa bagi-Nya”. (Q.S. Maryam : 65)
Contoh Ayat-ayat Mutasyabihat :
الرّحْمٰنُ عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى سورة طه :5
إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّـيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ سورة فاطر :10
Makna ayat kedua ini adalah bahwa dzikir seperti ucapan لا إله إلاّ الله akan naik ke tempat yang dimuliakan oleh Allah, yaitu langit. Dzikir ini juga akan mengangkat amal saleh. Pemaknaan seperti ini sesuai dan selaras dengan ayat muhkamat لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىءٌ سورة الشورى: ۱۱
Jadi penafsiran terhadap ayat-ayat mutasyabihat harus dikembalikan kepada ayat-ayat muhkamat. Ini jika memang berkait dengan ayat-ayat mutasyabihat yang mungkin diketahui oleh para ulama. Sedangkan mutasyabih (hal yang tidak diketahui oleh kita) yang dimaksud dalam ayat
وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْـلَهُ إِلاَّ اللهُ سورة ءال عمران : 7
Menurut bacaan waqaf pada lafzh al Jalalah الله adalah seperti saat kiamat tiba, waktu pasti munculnya Dajjal, dan bukan mutasyabih yang seperti ayat tentang istiwa') Q.S. Thaha : 5). Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda :
" اعْمَلُوْا بِمُحْكَمِهِ وَءَامِنُوْا بِمُتَشَابِهِهِ" حديث ضعيف ضعفا خفيفا
Maknanya: “Amalkanlah ayat-ayat muhkamat yang ada dalam Al Qur'an dan berimanlah terhadap yang mutasyabihat dalam Al Qur'an". Artinya jangan mengingkari adanya ayat-ayat mutasyabihat ini melainkan percayai adanya dan kembalikan maknanya kepada ayat-ayat yang muhkamat. Hadits ini dla'if dengan kedla'ifan yang ringan.
Seorang ahli hadits, pakar bahasa dan fiqh bermadzhab Hanafi, Murtadla az-Zabidi dalam syarh Ihya' 'Ulum ad-Din yang berjudul Ithaf as-Sadah al Muttaqin mengutip perkataan Abu Nashr al Qusyairi dalam kitab at-Tadzkirah asy-Syarqiyyah :
"Sedang firman Allah : وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْـلَهُ إِلاَّ اللهُ سورة ءال عمران : 7 yang dimaksud adalah waktu tepatnya kiamat tiba, sebab orang-orang musyrik bertanya kepada Nabi shallallahu 'alayhi wasallamtentang kiamat kapan tiba. Jadi mutasyabih dalam konteks ini mengisyaratkan pada pengetahuan tentang hal-hal yang gaib karena memang tidak ada yang mengetahui peristiwa di masa mendatang dan akhir semua hal kecuali Allah. Karenanya Allah berfirman: هَلْ يَنْظُرُوْنَ إِلاَّ تَأْوِيْلَهُ يَوْم يَـأْتِي تَأْوِيْلُهُ الأعراف: 53
maksudnya mereka tidak menunggu kecuali datangnya kiamat.
Dengan demikian, bagaimana mungkin seseorang bisa mengatakan (berdalih ayat tersebut) bahwa terdapat dalam kitabullah hal yang tidak ada jalan bagi seorang makhlukpun untuk mengetahuinya serta tidak ada yang mengetahui hal ini kecuali Allah. Bukankah ini termasuk penghinaan terbesar terhadap misi-misi kenabian ?!. Bahwa Nabi tidak mengetahui takwil sifat-sifat Allah yang ada lalu mengajak orang untuk mengetahui hal yang tidak bisa diketahui ?!, bukankah Allah berfirman (tentang al Qur'an) :
بِلِسَانٍ عَرَبِـيٍّ مُبِيْنٍ سورة الشعراء : 195
Maknanya : "Dengan bahasa Arab yang jelas" (Q.S. asy-Syu'ara' : 195)
Berarti kalau menurut logika pendapat mereka ini maka mereka mesti mengatakan bahwa Allah telah berdusta karena mengatakan بِلِسَانٍ عَرَبِـيٍّ مُبِيْنٍ sebab mereka ternyata tidak memahaminya. Jika tidak, lalu di mana letak kebenaran penjelasan ini ?!. Dan jika memang al Qur'an ini berbahasa Arab lalu bagaimana bisa seseorang mengatakan bahwa di dalamnya ada yang tidak diketahui oleh orang Arab padahal al Qur'an berbahasa Arab. Jika demikian halnya apa sebutan yang patut untuk pendapat yang berujung pada pendustaan terhadap Allah ini !?".
Az-Zabidi selanjutnya mengatakan masih menukil dari al Qusyairi : "Bukankah ada pendapat yang mengatakan bahwa bacaan ayat (tentang takwil) tersebut adalah [ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْـلَهُ إِلاَّ اللهُ وَالرَّاسِخُوْنَ فِي الْعِلْمِ ], seakan Allah menyatakan "orang yang mendalam ilmunya juga mengetahui takwilnya serta beriman kepadanya" karena beriman kepada sesuatu itu hanya dapat terwujud setelah mengetahui sesuatu itu, sedang sesuatu yang tidak diketahui tidak akan mungkin seseorang beriman kepadanya. Karenanya, Ibnu Abbas mengatakan : "Saya termasuk orang-orang yang mendalam ilmunya".
5. Pengertian Qira’at
Menurut bahasa, qiroat jamak dari qiroah yang merupakan isi mmashdar dari qoroa. Qiroah artinya bacaan.
Menurut istilah adalah ilmu yang mempelajari tata cara menyampaikan atau membaca kalimat-kalimat Al-Qur'an dan perbedaan-pebedaan yang disandarkan kepada orang yang menukilnya.
Qiroat ini didasarkan pada sanad-sanad yang bersambung kepada Rasulullah saw. Periode Qurra 'yang mengajarkan bacaan Al-Qur'an kepada orang-orang menurut cara mereka masing-masing adalah dengan berpedoman pada masa para sahabat.
6. Macam-macamTipe qiroat
I. Dari segi sanad:
Imam As-Suyhuti menukil dari Ibnu Jazari, bahwasannyaqiroatdarisegisanadadaenammacam:
1. Mutawatir
Yaitu qiroat yang diriwayatkan oleh orang banyak dari orang banyak yang tidak mungkin terjadi kesepakatan di antaramereka untuk berbohong.
2. Masyhur
Yaitu qiroat yang sanadnya bersambung sampai kepada Rasulullah saw tetapi hanya diriwayatkan oleh seorang atau beberapa orang yang adil dan tsiqoh.
3. Minggu
Yaituqiroat yang sanadnya bersih dari 'ilat atau cacat tetapi menyalahi rosm Utsmani dan tidak sesuai dengan kaidah bahasa arab.
4. syadz
Yaitu qiroat yang cacat sanadnya dan tidak terhubung sampai Rasulullah SAW.
5. maudlu '
Yaitu qiroat yang dibuat-buat dan disandarkan kepada seseorang tanpa dasar.
6. Al-Mudroj
Yaitu qiroat yang ditambahkan kedalam qiroat sebagai penafsiran. Seperti qiroah Sa'ad bin Abi Waqqosh:
II. Dari segi jumlah:
Sebutan untuk jumlah qiroat ada bermacam-macam. Ada qiroat enam, qiroat tujuh, qiroat delapan, qiroat sepuluh, qiroat sebelas, qiroat tigabelas dan qiroat empat belas. Tetapi dari sekian macam jumlah qiroat yang dibukukan, hanya tiga macam qiroat yang terkenal. Yaitu:
1. qiroatsab'ah:
Adalah qiroat yang dinisbatkan kepada para imam qurro 'yang tujuh yang masyhur [1] . Mereka adalah:
• qiroatIbnuKatsir
• qiroatIbnu 'Amir
• qiroatNafi '
• qiroat Abu 'Amru ,
• qiroat 'Ashim ,
• qiroatHamzah dan,
• qiroatKisa'i.
2. qiroat 'asyroh:
Adalah qiroat sab'ah ditambahkan dengan qiroat lagi, yang disandarkan kepada:
• qiroat Abu Ja'far
• qiroatYa'qubdan,
• qiroatKhalaf Al-'Asyir.
3. qiroatarba '' asyroh:
Adalah qiroat yang lalu ditambah dengan empat qiroat lagi, yang disandarkan kepada:
• Ibnu Muhaishin [7] ,
• Al-Yazidi,
• Hasan Al-Bashry [8] dan,
• Al-A'masy.
Dari tigamacamqiroatini, qiroatsab'ahlah yang paling masyhurdanterkenal, menyusulqiroat 'asyroh.
7. Syarat-syarat Qiraat
Untuk menangkal penyelewengan qiraat yang sudah muncul, para ulama membuat persyaratan-persyaratan bagi qiraat yang dapat diterima. Untuk membedakan antara yang benar dan qiraat yang aneh (syazzah), para ulama membuat tiga syarat bagi qiraat yang benar. Pertama, qiraat itu sesuai dengan bahasa arab sekalipun menurut satu jalan. Kedua, qiraat itu sesuai dengan salah satu mushaf-mushaf utsmani sekalipun secara potensial. Ketiga, bahwa sahih sanadnya baik diriwayatkan dari imam qiraat yang tujuh dan yang sepuluh maupun dari imam-imam yang diterima selain mereka. Setiap qiraat yang memenuhi kriteria di atas adalah qiraat yang benar yang tidak boleh ditolak dan harus diterima. Namun bila kurang dari ketiga syarat diatas disebut qiraat yang lemah.
8. Metode Qiro’at
1. Apersepsi dan Pre Test. Pretest yaitu menghubungkan pelajaran yang telah diberikan dengan pelajaran yang disajikan sehingga pengajaran menjadi kontekstual dan relevan. Sedang apersepsi ialah agar perhatian anak didik terpusat pada pelajaran.
2. Anak didik disuruh membuka buku pelajaran kemudian mereka menyamak dengan tertib setelah itu diadakan tanya jawab sehingga anak didik mengerti dan paham betul mengenai bacaan tersebut.
3. Guru memerintahkan salah satu untuk mengulangi bacaan an yang lain tetap menyamak pada tingkat dasar hendaklah membaca dengan suara keras, untuk tingkat yang lebih tinggi cukup di dalam hati tapi dengan suara keras lebih utama.
4. Setelah selesai membaca diadakan tanya jawab apakah terdapat kekurangan atau kesalahan, jika ada kesalahan suruhlah temannya yang lain untuk membetulkan, jangan sampai di tengah kalimat karena akan memutuskan makna kalimat dan mengganggu konsentrasi siswa.
5. Dan jika bacaan terlalu panjang, bisa dibagi dalam seri-seri pendek agar sederhana dan mudah dimengerti, setelah paham bisa dilanjutkan kepada bagian selanjutnya.
6. Dalam memberikan penjelasan hendaknya disertai contoh-contoh dan menuliskan arti kata-kata sulit di papan tulis.
7. Pada setiap akhir pelajaran guru memberi nasehat dan agar tergugah atau termotivasi untuk giat belajar dan rajin mengulangi pelajaran yang lain.
9. Perbedaan Tafsir, Takwil dan Terjemah
Adapun perbedaan tafsir, takwil dan terjemah itu sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Tafsir.
Menjelaskan makna lafazh yang telah diterima selama satu hari, selain itu juga mengatur apa yang diinginkan ayat yang dikehendaki Allah SWT.
2. Takwil
• Menetapkan makna yang dikehendaki suatu lafazh yang dapat menerima banyak makna karena didukung oleh dalil.
• Mengoleksi salah satu makna yang mungkin diterima oleh suatu ayat tanpa menyakinkan bahwa itulah yang dikehendaki Allah SWT serta menafsirkan batin lafazh.
3. Terjemah
Mengalihkan bahasa Al-Qur'an yang berasal dari bahasa arab kedalam bahasa non arab.
10. Secara garis besar ada 5 corak tafsir Al-Qur’an
1. Corak fiqih
2. Corak sufi
3. Corak falsafi
4. Corak ilmi
5. Corak adabi ijtima’i (sosial masyarakat)
Pendekatan tafsir Al-Qur’an
1. Penafsiran ditinjau dari sumber penafsirannya, metode ini terbagi menjadi tiga macam, yakni metode bi al-matsur, bi al-riwayah, bi al-manqul, tafsir bi-ra’y/bi al-dirayah/ bi al ma’qul dan tafsir bi al-izdiwaj (campuran).
2. Penafsiran ditinjau dari cara penjelasannya. Metode ini dibagi menjadi dua macam, yakni metode deskriptif (al-bayani) dan Metode tafsir perbandingan (komparatif, al maqarin).
3. Penafsiran ditinjau dari keleluasan penjelasan. Metode ini dibagi menjadi dua macam, yakni metode global (al-ijmali) dan metode detail (al-ithnaby).
4. Penafsiran ditinjau dari aspek sasaran dan sistematika ayat-ayat yang ditafsirkan. Metode penafsiran ini terbagi menjadi dua macam, yakni metode analisis (al-tahlily) dan metode tematik (al-mawhu’y).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar